Setelah berpisah
bertahun-tahun aku ingin bertemu lagi dengannya tad malam. ia sengsara. Ia mengecat
rambutnya, mencoba menyembunyikan warna aslinya, sama seperti penampilannya
yang kasar menyembunyikan ketidakbahagianya yang mendalam. Ia ingin mengobrol,
jadi kami berjalan-jalan. Sementara aku memikirkan masa depanku, formulir
pendaftaran perguruan tinggi yang baru tiba, ia memikirkan masa lalunya, rumah
yang baru ia ditinggalkannya. Lalu ia bicara. Ia bercerita tentang
pacarnya---dan akupun melihat hubungan cinta yang bergantung pada seorang
lelaki bertipe dominan. Ia bercerita tentang obat-obat terlarang--- dan aku
melihat bahwa obat adalah pelariannya. Ia bercerita tentang cita-citanya—dan aku
melihat impian materi yang tidaak realistis. Ia bercerita dirinya memerlukan
seorang teman---dan aku melihat harapan, karena paling tidak aku bisa
memberikannya kepadanya.
Kami dulu berkenalan di kelas 2 SD. Giginya
baru saja tanggal, dan aku sedang merindukan teman-temanku. Aku baru saja
pindah melintasi benua, menemukan ayunan besi yang dingin dan wajah mengejek di
luar pintu P.S 174, sekolah baruku. Aku bertanya padanya apakah aku boleh
meminjam buku komik Archie miliknya, meskipun aku tidak begitu suka komik; dia
bilang boleh, meskipun dia tak begitu suka berbagi. Mungkin kami sama-sama
mecari senyuman. Dan kami menemukannya. Kami menemukan seseorang untuk teman
cekikikan waktu malam telah larut, seseorang untuk menghirup susu coklat hangat
bersama di musim salju yang dingin saat sekolah diliburkan dan kami sering
duduk berdua dekat jendela, memandang salju turun tiada henti.
Pada musim panas, di kolam renang,
aku disengat lebah. Ia menggenggam tanganku dan mengatakan padaku bahwa dia
akan menemaniku dan kalau aku mau menangis itu tidak apa-apa---jadi aku pun
menangis. Pada musim gugur, kami menyapu danun hingga menjadi tumpukan, lalu
bergiliran melompatinya tanpa merasa takut karena kami tahu bahwa kasur
warna-warni itu akan menahan tubuh kami kalau kami jatuh.
Hanya sekarang, dia sudah jatuh dan
tak ada yang menangkapnya. Kami sudah berbulan-bulan tidak mengobrol, dan kami
sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Aku sudah pindah ke California, dan dia
pindah dari rumahnya.
Pengalaman kami terpisahkan jarak
bermil-mil, membuat hati kami berjauhan, lebih jauh daripada benua yang baru
dilintasinya. Melalui kata-katanya aku merasa terasing, tapi melalui matanya
aku merasakan kehausannya. Ia membutuhkan dukungan dalam usahanya mencari
kekuatan dan awal baru. Ia memerlukanku sebagai temannya. Jadi aku menggengam
tangannya dan mengatakan bahwa aku akan menemaninya dan kalau ia mau menangis,
itu tak apa-apa---dan ia pun menangis
Dapna
renan – from chicken soup for the teenanger soul
Omg
i just cried
No comments:
Post a Comment