Wednesday 7 March 2012

tugasku.sudah.selesai


Hampir satu dasawarsa aku tertanam di sini. Musim demi musim yang kulewati menjadi kenangan dalam hidupku. Banyak yang telah kulihat, kurasa. Aku ingat malam pertama ku ditanam di sini. Di sini? Ya aku berada di suatu tempat yang mereka namakan panti asuhan. Aku rasa itu adalah suatu tempat untuk menitipkan seorang anak dalam waktu yang lama, malam pertama ku disini saja sudah membuktikannya. Malam itu cerah, dan kulihat seorang wanita muda membawa bayi dengan pipi merahnya. Kupikir ia datang untuk berkunjung atau apalah, tetapi entah mengapa ia meletakan bayi itu di depan pintu dan meninggalkannya. Langkah perempuan itu cepat, saat ia memalingkan wajah, kulihat ia, menangis.
          Kejadian itu terulang selama 12 kali dalam tahun pertama ku. Bayi-bayi mungil itu tumbuh besar, dan mereka, kupikir, sudah cukup besar untuk dibilang anak 9 tahun. Beberapa dari mereka juga lebih besar.
          Anak-anak yang lebih besar menggunakan dahanku untuk membuat ayunan. Ya maklumlah, aku termasuk pohon paling kuat di sini-bukannya aku bermaksud untuk sombong-. Lalu mereka, yang lebih kecil, menaiki ayunan bergantian, memanjat dahanku, dan berteriak seolah-olah aku-sebagai pohon- ini milik mereka.
          Aku, aku selalu ada di sini. Dikala musim panas menyinari dan dikala musim hujan menyirami. Aku tahu aku senang. Aku sangat, sangat bersyukur aku ada di sini. Bersama mereka. Bersama anak-anak kecil yang semakin tumbuh dewasa. Kurasa mereka telah mewarnai hari-hariku.
          Malam itu malam yang gelap. Tak ada bulan atau satu pun bintang. Mungkin sudah sekitar jam 10 malam saat kulihat seorang anak cewek-yang ditinggalkan di depan pintu pada 5 tahun yang lalu- kira-kira 13 tahun menghampiriku. Tubuhnya masih terbalut piyama khas panti asuhan dan di tangannya yang kecil ia memegang sebuah tali.
          Ia berjalan mendekatiku sembari sesekali melirik ke belakang, melihat panti. Mata nya seperti bintang yang bersinar, seolah-olah menatap mataku. Dan saat ia menutup mata, bibirnya berkedut dan kurasa sebutir air kristal jatuh dari matanya.
          “it's okay.” Dia berkata dengan suara tersendat, “but i’m scared”
          Sekali lagi, air itu jatuh dari matanya dan diikuti oleh air lainnya.
          Terakhir kali aku melihat itu adalah 10 tahun yang lalu, saat malam pertamaku di sini. Dan kupikir anak itu sedang, menangis.
          Ia memanjat batang dan merayap ke batangku yang kira-kira tingginya 2 meter dari tanah. Anak perempuan manis itu mengaitkan tali yang ia bawa ke dahan ku-dengan keras- dan membentuk sebuah lingkaran yang cukup besar untuk memasukan kepalanya.
          Dia kenapa sih? Tanya ku berkali-kali dalam hati. Kan ini udah malem, kenapa ya dia gak bisa nunggu sampai besok aja mainnya?
          Dia kembali turun dan menaruh bangku tinggi persis di bawah tali gantungan itu. Setelahnya ia kembali naik ke batang ku.
          Kira-kira selama 5 menit ia menatap panti. Aku tak tahu apa yang ia pikirkan. Sampai akhirnya ia berhati-hati turun dan langsung menginjak bangku tinggi itu. Setelah berkali-kali menghapus air kristal dari matanya ia memasukan kepala mungilnya ke dalam lingkaran tali.
          “This just a thing that i wont regret. I never knew who my parents were. Oh God, oh please, j-ju-just forgive me.”
          Lalu ia melompat dari bangku. Tangan nya menggeliat memegang tali yang kurasa mencekik lehernya. 3 menit, kurasa 3 menit ia melakukan itu. Aku, aku ingin menolongnya! Tapi, yah, kurasa ia melakukan sesuatu yang disebut gantung diri, dan berhasil.
          Tahun-tahun berlalu dari kejadian itu. Sangat, sangat jarang ada anak-anak yang mau bermain di dahan ku lagi. Mereka lebih memilih ayunan tua di bagian lain taman. Aku bosan. Sungguh! Rasanya tidak ada yang memperdulikanku lagi.
          Saat itu malam yang gelap sangat, sangat gelap. Gemuruh petir menyambar di mana-mana. Hujan menyirami ku. Badai petir, pikirku. Lalu, dengan sangat-sangat cepat, halilintar yang membuat langit kelihatan orange, menyambarku. Dengan sepersekian detik dahan ku patah, batang ku roboh, aku hancur. Tugasku.sudah.selesai.

No comments:

Post a Comment

hey folks. Do you know? There are always reasons when youre friend cry. Youre one of them

Is it right? Is it right to give up? No matter how severe the circumstances may be?