Thursday 19 April 2012


                Setelah berpisah bertahun-tahun aku ingin bertemu lagi dengannya tad malam. ia sengsara. Ia mengecat rambutnya, mencoba menyembunyikan warna aslinya, sama seperti penampilannya yang kasar menyembunyikan ketidakbahagianya yang mendalam. Ia ingin mengobrol, jadi kami berjalan-jalan. Sementara aku memikirkan masa depanku, formulir pendaftaran perguruan tinggi yang baru tiba, ia memikirkan masa lalunya, rumah yang baru ia ditinggalkannya. Lalu ia bicara. Ia bercerita tentang pacarnya---dan akupun melihat hubungan cinta yang bergantung pada seorang lelaki bertipe dominan. Ia bercerita tentang obat-obat terlarang--- dan aku melihat bahwa obat adalah pelariannya. Ia bercerita tentang cita-citanya—dan aku melihat impian materi yang tidaak realistis. Ia bercerita dirinya memerlukan seorang teman---dan aku melihat harapan, karena paling tidak aku bisa memberikannya kepadanya.
            Kami dulu berkenalan di kelas 2 SD. Giginya baru saja tanggal, dan aku sedang merindukan teman-temanku. Aku baru saja pindah melintasi benua, menemukan ayunan besi yang dingin dan wajah mengejek di luar pintu P.S 174, sekolah baruku. Aku bertanya padanya apakah aku boleh meminjam buku komik Archie miliknya, meskipun aku tidak begitu suka komik; dia bilang boleh, meskipun dia tak begitu suka berbagi. Mungkin kami sama-sama mecari senyuman. Dan kami menemukannya. Kami menemukan seseorang untuk teman cekikikan waktu malam telah larut, seseorang untuk menghirup susu coklat hangat bersama di musim salju yang dingin saat sekolah diliburkan dan kami sering duduk berdua dekat jendela, memandang salju turun tiada henti.
            Pada musim panas, di kolam renang, aku disengat lebah. Ia menggenggam tanganku dan mengatakan padaku bahwa dia akan menemaniku dan kalau aku mau menangis itu tidak apa-apa---jadi aku pun menangis. Pada musim gugur, kami menyapu danun hingga menjadi tumpukan, lalu bergiliran melompatinya tanpa merasa takut karena kami tahu bahwa kasur warna-warni itu akan menahan tubuh kami kalau kami jatuh.
            Hanya sekarang, dia sudah jatuh dan tak ada yang menangkapnya. Kami sudah berbulan-bulan tidak mengobrol, dan kami sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Aku sudah pindah ke California, dan dia pindah dari rumahnya.
            Pengalaman kami terpisahkan jarak bermil-mil, membuat hati kami berjauhan, lebih jauh daripada benua yang baru dilintasinya. Melalui kata-katanya aku merasa terasing, tapi melalui matanya aku merasakan kehausannya. Ia membutuhkan dukungan dalam usahanya mencari kekuatan dan awal baru. Ia memerlukanku sebagai temannya. Jadi aku menggengam tangannya dan mengatakan bahwa aku akan menemaninya dan kalau ia mau menangis, itu tak apa-apa---dan ia pun menangis

                                                Dapna renan – from chicken soup for the teenanger soul

Omg i just cried

No comments:

Post a Comment

hey folks. Do you know? There are always reasons when youre friend cry. Youre one of them

Is it right? Is it right to give up? No matter how severe the circumstances may be?